1. HAWA DINGIN
Kesan pertama yang akan Anda rasakan ketika tiba di Ruteng adalah hawa dinginnya yang cukup menusuk. Bisa dimaklumi karena Ruteng berada pada ketinggian, termasuk dataran tinggi yang dikelilingi oleh pegunungan. Apalagi sekitar bulan Juli atau Agustus, itu adalah puncak dari udara dingin di Ruteng. Suhu bisa mencapai 8 derajat celcius. Anda tidak akan kuat mandi tanpa air panas, karena air serasa air es.
Ruteng dikenal juga sebagai "negeri diatas awan", sebelumnya saya mengira kalau negeri di atas awan itu hanya ada dalam khayalan, seperti di lagunya Katon Bagaskara. Tapi ternyata negeri itu ada, negeri itu adalah Ruteng. Ini saya dapatkan dari orang-orang yang ada di Denpasar yang menjuluki Ruteng sebagai negeri di atas awan.
Dijuluki demikian karena letak Ruteng yang ada di atas gunung seringkali pada saat turun kabut, kabutnya sampai mengelilingi kota Ruteng, jika dilihat dari bawah Ruteng seakan-akan ada diatas awan, karena berada diatas awan kabut tersebut yang mengelilinginya.
3. SOFI
Namanya menimbulkan kesan cantik, lembut dan feminim. Tapi jangan salah, aslinya jauh dari kesan namanya. Sofi adalah nama minuman keras sejenis arak yang merupakan minuman asli khas Ruteng. Hasil dari fermentasi dari gula aren. Kerasnya minuman ini bisa dibilang melebihi minuman-minuman keras lainnya. Tidak berlebihan jika disebut Rajanya Minuman Keras atau Ratunya Minuman Keras, karena namanya yang feminim; karena orang yang terbiasa meminum Sofi jika disajikan minuman keras lainnya yang sudah bermerk atau hasil pabrikan itu dia bilang, "gak ada apa-apanya. Produk-produk itu gak ada apa-apanya.. diteguk dengan ringan saja seperti meminum soft drink biasa".
Satu lagi yang menarik, jika minuman Sofi ini kita teteskan diatas lantai keramik, kita bisa melihat pijaran/cahaya api diatasnya. Hasil dari pembakaran dengan udara disekitarnya/proses menguap. Saking kerasnya bisa terbakar seperti itu. Bisa dibayangkan bagaimana kuatnya perut-perut orang yang biasa minum sofi.
4. SUKU MANGGARAI
Suku asli disini adalah suku Manggarai. Suku ini pun bercabang-cabang lagi menjadi klan-klan yang memiliki bahasa yang khas masing-masing dengan adat istiadat yang unik, dari mulai bentuk rumah, upacara-upacara adat, hingga pakaian adat, dan bahasanya itu sendiri.
5. Neka Rabo (Jangan Marah)
Neka Rabo. Kata-kata khas orang sini. Kalau kita terjemahkan artinya itu Jangan Marah. Anda jangan kaget kalau orang disini sering mengucapkan kata itu, apa-apa mereka ucapkan neka rabo, atau jangan marah; bukan berarti menganggap kita marah atau kesal, itu adalah sapaan khas mereka. Jadi meskipun kita lagi senyum, mereka akan bilang jangan marah.
Kompiang adalah makanan khas yang ada disini, sejenis roti kering mirip bakpau, namun kering. Ada yang berisi daging, bisa daging sapi atau daging ayam. Enak dimakan selagi masih panas/hangat.
Penggerak roda perekonomian masyarakat di sini mayoritas masih mengandalkan pada hasil bumi berupa kopi, kakao, cengkeh, dan vanili. Kopi flores terkenal khas juga dengan kekentalan kopinya yang hitam dan caffein-nya yang tinggi. Bagi penikmat kopi, ini cukup spesial rasanya. Namun hati-hati, jangan sampai kebanyakan, yang tidak tahan seringkali mengakibatkan rasa pusing di kepala anda.
Ini salah satu budaya yang negatif. Sebuah ajang perang antar individu, antar suku, bahkan bisa antar keluarga karena perselisihan atau masalah tertentu. Ujungnya harus ada yang mati dan dipenggal. Tidak jarang kepalanya sampe di arak-arak. Anehnya habis ada yang mati itu, mereka bisa damai saat itu juga, malah bisa ketawa-ketawa lagi seakan-akan tidak terjadi apa-apa,mereka anggap masalah selesai dengan ada yang mati. Kematian itu jadi simbol berakhirnya permasalahan. Akan tetapi, untuk wilayah kota Ruteng sendiri, hal ini sangat jarang sekali terjadi. Padahal, Flores terkenal dengan hal ini bukan ?
9. KOTA DENGAN SERIBU GEREJA
Mayoritas penduduk Ruteng beragama Katolik. Ini kalau ditelusuri awalnya berasal dari pengaruh penjajahan Portugis. Apalagi kalau membaca sekilas sejarahnya, pernah pada suatu saat terjadi evakuasi besar-besaran ke daratan Flores pada saat Portugis dikalahkan di Malaya (sekarang Malaysia), berbondong-bondong orang portugis lari ke Flores, ini tentu membawa pengaruh pada penduduk aslinya. Termasuk dalam hal agama. Apalagi kesini-sini Flores termasuk daerah tujuan bagi para misionaris internasional untuk menyebarkan agama Katolik.
Oleh karena itu jangan heran kalau disini banyak dibangun gereja, di setiap desa atau kelurahan ada gerejanya. Sampai dapat julukan kota seribu gereja.